BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pemikiran
Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang menjadi tumpuan bagi kemajuan teknologi. Disisi lain kemajuan teknologi mendorong berkembangnya ilmu kimia dan sains pada umumnya. Dalam rangka transformasi social menuju masyarakat maju dan modern hendaknya disadari bahwa pengajaran kimia tidak semata-mata hanya berupa alih pengetahuan saja, tetapi diharapkan siswa mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Kegiatan belajar mengajar dapat berhasil degan baik ditunjang oleh kemampuan guru dalam menciptakan interaksi. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan yakni untuk membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Disamping itu guru harus memiliki rasa tanggung jawab untuk mengarahkan siswa pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan. Guru memiliki peran yang sangat penting dimana guru harus dapat menguasai kondisi dari siswa, sifat siswa, watak, sikap agar apa yang menjadi tujuan dari pengajaran dapat tercapai.
Dalam pengajaran kimia, siswa tidak hanya belajar konsep, hukum-hukum atau rumus, tetapi juga belajar menggunakan konsep untuk membahas masalah-masalah tentang materi asam-basa. Hal ini sangat penting karena salah satu metode yang efektif dalam belajar kimia adalah melalui pengajaran soal-soal. Tujuan belajar kimia adalah untuk memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal berbagai fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kenyataan sehari-hari (sastrawijaya : 1988).
Dari cakupan dan tujuan pengajaran kimia tersebut diatas dapat diketahui bahwa dalam mempelajari ilmu kimia diperlukan kemampuan intelektual serta ketrampilan yang memadai untuk memahami teori-teori, konsep-konsep, hukum-hukum, prinsip-prinsip,serta fakta-fakta. Sehingganya pelajaran ilmu kimia merupakan suatu pelajaran yang cukup kompleks. Kondisin seperti ini mengakibatkan banyak siswa yang mendapatkan kesulitan menyelesaikan soal-soal. Kimia merupakan pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa (Willim, dalam Pikoli: 2003;3). Masalah ini terjadi karena hampir sebagian besar materi-materi kimia seperti asam-basa merupakan suatu yang tidak nampak dan tidak alami langsung oleh siswa, sehingga banyak diantara mereka yang mengalami kesulitan dalam mempelajari.
Berdasarkan pengamatan, diperoleh informasi ternyata hanya sebagian (kecil) siswa yang dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik. Sebagian lainnya darimana harus memulai, tidak dapat mengidentifikasi soal atau tidak tahu hukum/rumus yang dugunakan. Ada siswa hanya membuka-buka buku atau catatan untuk mencari rumus yang mungkin dapat digunakan sambil menunggu temannya yang mengerjakan didepan kelas atau menunggu petunjuk/penjelasan dari guru. Ada juga yang mencoba mengerjakan soal tetapi macet, tidak dapat mengerjakannya sampai ditemukan jawabannya dan ada juga siswa yang merasa dapat mengerjakan soal tetapi sebenarnya jawaban tersebut salah. Kendala utama dalam menyelesaikan soal-soal yang menyangkut dengan teori asam basa Bronsted-Loury terletak pada system atau langkah-langkah penyelesaiannya. Dengan demikian tampak bahwa siswa menguasai alur tahapan penyelesaian soal-soal konsep asam-basa maka siswa mudah untuk mentransfer pengetahuan konsep asam-basa yang telah dikuasai kedalam pelajaran soal-soal menyangkut teori tersebut.
Kenyataan ini masih menunjukkan masih ditemukan sejumlah siswa Kelas II2 di SMA Negeri I Oba Utara Provinsi Maluku Utara belum mampu atau kurang menguasai tahap-tahap dalam menyelesaikan soal-soal tentang teori asam-basa ini. Hal ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia siswa kurang menganalisa soal secara cermat apa yang diketahui hal-hal yang ditanyakan.
Berdasarkan uraian di atas muncul permasalahan tentang cara atau metode pemecahan masalah penyelesaian soal-soal kimia secara sistematis dengan sedikit bahkan tanpa ada kesalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai metode pemecahan masalah dengan menggunakan struktur kognitif seseorang, yang tersusun dalam suatu prosedur tertentu, dalam hal ini prosedur heuristik yakni petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan soal, sehingga hasilnya dapat digunakan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. Oleh karena itu saya berasumsi bahwa banyak faktor yang dapat mengakibatkan hasil belajar siswa tidak optimal seperti yang diharapkan, misalnya penggunaan metode pengajaran yang tidak tepat seperti metode ceramah sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar, selain juga kesiapan siswa dan kondisi kelas harus di perhatikan karena itu juga merupakan bagian proses belajar mengajar. Kemampuan dengan menggunakan metode pemecahan masalah secara heuristik lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan cara yang biasa (metode ceramah).Untuk mengetahui pembelajaran yang lebih efektif dalam metode pemecahan masalah secara heuristik, dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis kovarian atau ANAKOVA. Hipotesis yang akan diuji adalah Ho” pembelajaran kimia dengan menggunakan metode pemecahan masalah secara heuristik pada konsep asam-basa. Dengan demikian ini merupakan persoalan yang harus membutuhkan profesional seorang guru dalam proses belajar mengajar, agar hasil belajar siswa lebih baik dalam artian penggunaan media pembelajaran harus jelas dan tepat sehingga hasil belajar siswa lebih baik agar apa yang diharapkan dari seorang guru dapat tercapai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Apakah pembelajaran kimia dengan menggunakan metode pemecahan masalah secara heuristik efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Asam Basa “?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui keefektifan metode pemecahan masalah secara heuristic dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep asam basa.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa manfaat sebagai berikut:
Dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah-masalah pada teori konsep asam basa.
Untuk memberikan informasi kepada guru kimia di SMA Negeri 1 Oba Utara Povinsi Maluku Utara tentang tingkat pemahaman siswa pada teori konsep asam basa sehingga akan dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Metode Pemecahan Masalah Secara Heuristic
Heuristik adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Heuristik biasa dilakukan oleh guru saat siswa menyelesaikan soal-soal, yaitu terdiri dari langkah-langkah (1) memahami masalah, (2) membuat rencana penyelesaian, (3) melaksanakan rencana penyelesaian, (4) memeriksa kembali, mengecek hasilnya Krames (Yulianti, dalam Asni 2000:7).
Heuristik yang diberikan guru biasanya berkenan dengan bagian tertentu dalam menyelesaikan soal, tidak menyeluruh dan sistemmatis mencakup seluruh penyelesaian soal. Heuristic yang acak yang hanya mencakup bagian-bagian tertentu dalam proses penyelesaian soal tidaklah cukup. Heuristik harus menyeluruh dan sitem matik sehingga membantuk suatu sistem yang disebut sistem heuristik.
Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam meyelesaikan masalah-masalah kimia. Mettes (dalam Asni, 2000:7) dalam penelitiaannya membangun suatu sistem heuristic yang dituangkan dalam bentuk program of action and methods (PAM). PAM ini merupakan strategi umum yang dapat diadaptasikan ke dalam bidang yang lebih khusus. Penggunaan PAM dalam menyelesaikan suatu masalah yaitu lembaran cetakan tentang, persamaan-persaman, rumus-rumus, hukum-hukum penting dari materi yang dipelajari (KR-Chart). KR-Chart digunakan untuk memudahkan mengingat dan memunculkan kembali hubungan yang diperlukan untuk menyelesaikan latihan soal yang sedang dihadapi.
PAM terdiri dari empat fase yaitu: (1) analisis soal perencanaan proses penyelesaian soal, (2) operasi perhitungan, (3) pengecekan jawaban serta (4) interpertasi hasil.
Dari keempat fase tersebut masing-masing dijelaskan tujuannya, kemudi8an di ikuti dengan menyebutkan daftar aksi atau langkah yang diinginkan, yang secara rinci diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Diskripsi dari Fase, Tujuan dan Aksi
Fase | Tujuan | Aksi/Langkah |
(1) | (2) | (3) |
Analisis soal | Memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang data yang diketahui dan besaran yang tidak diketahui (ditanyakan) |
|
Transformasi soal | Mengubah soal ke bentuk standar |
|
Operasi Pereaksi | Memperoleh Jawaban soal |
|
Pengecekan dan interpretasi | mengecek apakah soal sudah selesaikan dengan benar dan lengkap |
|
Penggunaan PAM pada dasarnya untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalah seperti dikemukakan oleh Gagne bahwa cara terbaik yang dapat membantu siswa pemecahan masalah adalah memecahkan masalah selangkah demi selangkah dengan menggunakan aturan tertentu.
2.2 Pendekatan sistematik untuk pemecahan masalah
Program of action and methods (PAM), berisi petunjuk-petunjuk yang masih bersifat umum. PAM dapat diterampkan dalam suatu bidang ilmu tertentu, setelah disesuaikan dengan materi ilmu yang disesuaikan. PAM yang diterapkan untuk pemecahan masalah dalam bidang tertentu disebut dengan sistem matik approac to solvin problem (SAP). SAP ini bersifat spesifik, artinya untuk bidang tertentu SAPnya berbeda dengan SAP bidang yang lain.
SAP-Chart yaitu SAP yang ditulis dalam selembar kertas yang berisi petunjuk-petunjuk yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Lembar kerja SAP merupakan lember kerja yang digunakan siswa menyelesaikan soal-soal. Teknik-teknik dan petunjuk-petunjuk bagi pemecahan masalah, seperti yang dikemukakan gian choli (dalam Yulianti, 2000:10) sebagai berikut:
Baca masalah secara menyeluruh dengan hati-hati dengan sumbu-sumbu koordinat yang dapat digunakan.
Tulis apa yang diketahui atau yang diberikan dan apa yang ditanyakan kemudian dituliskan.
Pikirkan dengan hati-hati tentang hasil yang diperoleh, apakah masuk akal.
Pikirkan tentang prinsip-prinsip, defenisi-defenisi dan atau persamaan-persamaan tersebut harus falit.
Proses heuristic terdapat jenjang kemampuan yang meliputi:
Kemampuan analisis soal
merupakan kemampuan akal yang dimiliki siswa agar dapat menyelesaikan soal.
Kemampuan transformasi soal
merupakan kemampuan dalam perencanaan penyelesaian soal yang meliputi kemampuan siswa dalam mengubah soal yang diberikan.
Kemampuan pengecekan jawaban
merupakan kemampuan mengecek jawaban dengan perkiraan yang dilakukan pada fase analisi soal.
Kemampuan interpretasi hasil
merupakan kemampuan untuk menerik suatu kesimpulan dari suatu jawaban.
2.3 Tinjauan tentang asam-basa
Asam dan basa (alkali) sudah dikenal sejak zaman dahulu. Istila asam berasal dari bahasa latin acetum yang berarti cuka adalah unsur pokok cuka adalah asam asetat CH3COOH. Istilah alkali diambil dari bahasa Arab yang berarti abu.
Teori-teori yang menerangkan sifat-sifat asam basa merupakan suatu babak yang penting di dalam ilmu kimai. (Lavoisier ;1777) menyetakan bahwa semua asam selalu mengandung suatu unsur basa yaitu oksigen (nama oksigen berasal dari bahasa Yunani yang berarti pembentuk asam) Davy (1810) menunjukkan bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya mengandung hydrogen dan klor tidak mengandung oksigen dan menetapkan bahwa hydrogen adalah dan bukan oksigen yang menjadi unsur basa dalam asam.
Sfante Arrhenius (1884) mengajukan bahwa pelarut tidak berpengaruh pada sifat asam-basa. Jika hydrogen klorida, HCl, dilarutkan di dalam air untuk menghasilkan asam hidroklorida. Elektrolit yang dilarutkan dalam air terurai menjadi ion-ion: elektrolit yang luas terurai sempurna; elektrolit yang lemah hanya terurai sebagian. Suatu jenis zat yang jika terurai menjadi ion hydrogen (H+) disebut asam, misalnya HCl.
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)
Basa jika terurai menghasilkan ion hidroksida (OH-)
NaOH (aq) NH+ (aq) + OH-
Bronsted-Lowry (dalam,Kristian, 2004), mengatakan bahwa suatu asam adalah donor atau penyumbang *proton*, sedangkan suatu basa adalah akseptor (penerima) proton.
Amonia dengan pelarut air bereaksi menghasilkan ion hidroksida, oh-, sehingga amoniak merupakan basa Bronstet-Lowry menurut persamaan reaksi:
NH3 (aq) + H2O ( l ) NH4+ ( aq ) + OH- ( aq )
Lewis mengatakan bahwa asam didefenisikan sebagai spesis penerima pasangan electron, sedangkan basa adalah sebagai donor (pemberi) pasangan elektron. Asam adalah zat yang mempunyai orbital yang belum penuh dan kekurangan electron (Ikatan kimia), sedangkan basa adalah zat yang memiliki pasangan electron yang dapat digunakan berasama. Dengan demikian definisi tersebut di atas, kita dapat menggolongkan H+ menjadi asam karena adanya orbital kosong (1s) yang dapat menerima sepasang electron. OH- dan NH3 digolongkan sebagai basa karena adanya sepasang electron yang tersedia
H
H+ + O H O H
+
H
H+ + H N H H N H
H H
2.1.1 Asam Kuat dan Basa Kuat
Banyak sekali larutan kimia dapat di jelaskan melalui teori asam-basa . Teori bronsted- lowry melukiskan reaksi asam-basa dalam peristiwa perpindahan proton, yaitu perbandingan kekuatan asam-basa menentukan kearah mana akan terjadi,yaitu dari kombinasi asam / basa yang lebih kuat ke yang lebih lemah. Teori lewis memandang reaksi asam-basa dari arah pembentukan ikatan kovalen antara zat penerima pasangan electron (asam) dengan pemberi (donor) electron (basa) .
Asam kuat mengalami ionisasi sempurna di dalam larutan dengan pelarut air menghasilkan H3O+ . dengan demikian juga basa kuat mengion sempurna menghasilkan OH- .
Larutan asam kloriodida dengan pelarut air akan menghasilkan:
H2O + H2O H3O+ + OH-
Asam basa asam basa
Asamnya juga terionisasi menjadi
HCl + H2O H3O+ + Cl-
Asam basa asam basa
2.1.2 Asam Lemah dan Basa Lemah
Pada asam lemah dan basa lemah ionisasi molekul asam dan basa tidak terjadi sempurna. Kesetimbangan terjadi diantara asam atau basa yang tidak mengion dengan ion-ionnya dan digambarkan melalui tetapan ionisasi Ka atau Kb. beberapa asam lemah menghasilkan lebih dari satu proton pada tiap molekulnya dan terjadi secara bertahap. Caranya, mula-mula molekul asam poliprotik kehilangan satu proton, kemudian anion asam kehilangan proton dan seterusnya. Tetapan ionisasi yang berlainan berlaku untuk tiap tahap.
Asam dan basa adalah lemah, dan keadaan yang dihasilkan jika dilarutkan i dalam air lebih rumit dari pada persamaan reaksi lengkap. Dua reaksi ionisasi harus diperhitungkan dan juga ionisasi dari asam lemah (basa lemah) umumnya terjadi lebih banyak dari pada air.
H2O + H2O H3O+ + OH-
Asam basa asam basa
Ionisasi HOCl merupakan proses bolak-balik dan harus dinyatakan dengan tetapan kesetimbangan.
H3O OC-
K = 2,95 x 2,5 x10-8
HOCL
Tetapan ionisasi untuk beberapa asam dan basa lemah dapat dipakai untuk mendapatkan tetapan ionisasi asam lemah dan Kb untuk basa lemah.
Istilah isosiasi dan ionisasi sering digunakan sebagai sinonim.
2.4 hipotesis penelitian
Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode pemecahan masalah secara heuristic efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada matei asam-basa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rencana Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimental desain eksperimental randomized control group pre tes – post tes design Arikunto,1986; 261 ( dalam, Asni, 2006; 18 ).
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Eksperimental Semu
Kelompok | Pra-test | Perlakuan | Pasca test |
E K | 01 03 | X - | 02 04 |
Keterangan:
E : Kelompok Ekspertimen
K : Kelompok Kontrol
X : Pengajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah
- : Pengajaran dengan menggunakan metode konvensional
01 dan 03 : Pra-tes
02 dan04 : Pasca tes
Setiap kelompok penelitian diberi pre test sebelum pembelajaran dan post tes setelah pembelajaran dilakukan. Pada kelompok eksperimen, sebelum melakukan post tes dilakukan perlakuan pembelajara dengan menggunakan prosedur heuristic, sedangkan pada kelompok control pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan prosedur heuristic, tetapi dengan metode belajar yang biasa dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karakteristik yang menyangkut soal tentang teori asam-basa, baik yang diajarkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah secara heuristic maupun yang diajarkan dengan cara biasa. Sedangkan yang menjadi anggota populasi seluruh siswa kelas II SMA Negeri I Oba Utara Provinsi Maluku Utara tahun pelajaran 2005/2006 berjumlah 70 orang.
3.2.2 Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kela II2 dan kelas II3. daam hal ini kelas II2 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 33 orang dan kelas II3 sebagai kelas control dengan jumlah siswa 37 orang.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemecahan masalah yangt disusun peneliti berdasarkan materi yang sedang dipelajari pada saat penelitian dilakukan. Materi yang diujikan adalah materi yang mencakup dalam mata pelajaran kimia dengan pertimbangan materi tersebut selain sedang dipelajari juga pernah diperoleh siswa dikelas II1.
Sebelum tes digunakan untuk menjaring data terlebih dahulu dilakukan verifikasi tes yang terdiri atas uji validitas tes, uji reabilitas, dan tingkat kesukaran.
a. Uji Validitas
sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan tes validasi. Validasi yang digunakan adalah validitasi isi yang ditetapkan berdasarkan penilaian dan pertimbangan dari tim penilaian yang terdiri dari 3 orang yang dianggap ahli pada bidang studi kimia, untuk menentukan mengenai pemakaian bahasa dan materi konsep-konsep yang akan diukur. Ketiga penilaian tersebut adalah terdiri dari satu orang tua SMA Negeri 1 Oba Utara Provinsi Maluku Utara, satu arang SMA Negeri 2 Oba Utara Provinsi Maluku Utara dan satu orang guru SMA Pemerhati Oba Utara.
Setiap anggota tim penilaian diminta untuk memberikan penilaian butir soal yang di tuangkan dalam lembar validasi. Setiap penilai di minta memberi skor 2 untuk setiap butir soal yang disusun kalimatnya sudah komunikatif dan mengandung konsep yang akan diukur, skor 1 untuk setiap butir soal yang susunan kalimatnya sudah komunikatif tetapi belum mengandung komsep yang akan diukur atau sebalinya, dan skor o untuk butir soal yang belum mencakup kedua hal tersebut.
Instrument tes secara keseluruhan dinyatakan valid jika haraga presentase pemberian skor 2 diatas 75 % Gabel(sihaloho dalam Asni, 2006; 21).
Hasil dari ketiga penilai tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lempiran I dan secara ringkas di sajikan pada tabel 3,2
Tabel 3.2 Ringkasan Hasil Validasi Instrument
validator | Presentase skor penilaian | ||
Nol | Satu | Dua | |
Penilaian A Penilaian B Penilaian C Rata-rata | O O O O | 10 20 20 17 | 90 80 80 83 |
Keterangan:
Penilaian A : Hariman S.Pd
Penilaian B : Udin Sehat S.Pd
Penilaian C : Kardi Ibrahim S.Pd
Berdasarkan penilaian dari tim penilai, maka tingkat konsistensi pemberian skor 2 oleh ketiga penilai tersebut adalah 83%. Dengan demikian secara keseluruhan validasittas dinyatakan tinggi dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrument dalam penilaian ini.
b. Reliabilitas
suatu sistem dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi sebagai alat pengumpul data apabiala instrument tersebut sudah baik, artinya instrument yang dapat dipercaya adalah instrument yang sudah reliable dan menghasilkan data yang dapat dipercaya. (Arikunto, 1997; 170 )
perolehan indeks reabilitasi digunakan rumus korelasi produk moment yang kemudian mencari reabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
2 X r ½ ½
r11 =
1 + r ½ ½
Keterangan :
r11 = reabilitas instrument
r ½ ½ = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
(Azwar, 2000)
Sebagai tolak ukur interpretasi derajat reabilitas adalah sebagai berikut:
0,80-1,00 = sangat tinggi
0,60-0,80 = tinggi
0,40-0,60 = sedang
0,20-0,40 = rendah
0,00-0,20 = sangat rendah
c. Taraf Kesukaran Butir Tes
Tingkat kesukaran suatu item tes ditentukan berdasarkan jumlah jawaban benar siswa yang diberikan oleh semua peserta tes.
Rumus yang digunakan:
B
P = (Arikunto, 2001; 208)
JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran tes
B = banyak siswa yan menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran item adalah sebagai berikut:
Jika P < 0,245, soal termasuk sukar
Jika P diantara 0,745, soal termasuk sedang
Jika P > 0,745, soal termasuk mudah
3.4 Desain Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan untuk melihat suatu perlakuan dan membandingkan. Dua kelas yang dijadikan penelitian ini adalah kelas yang homogen,ini dimaksudkan untuk membandingkan dua kelas yang di beri perlakuan, satu kelas di jadikan sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode heuristic, dan kelas yang satu di jadikan kelas control yang tidak menggunakan media heuristic. Langkah-langkah penelitian untuk tiap kelas sebagai berikut:
1. Kelas Eksperimen
Pre-tes untuk menguji kemampuan dasar terhadap materi yang akan diajarkan
kegiatan-kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan materi asam-basa
Pelaksanaan kegiatan pembelajaraan dengan menggunakan metode pemecahan masalah secara heuruistik.
Pros-tes untuk menilai hasil belajar
2. kelas kontrol
pre-tes untuk menguji kemampuan dasar siswa terhadap materi yang akan diajarkan
kegiatan-kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan materi asam-basa
pelaksanaan kegiatan pembelajaraan tanpa menggunakan metode pemecahan masalah secara heuruistik.
pros-tes untuk menilai hasil belajar
3.5 Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II2 SMAN 1 Oba Utara Provinsi Maluku Utara. Penentuan subyek ini diambil dengan memperhitungkan berbagai criteria diantara kelas-kelas tersebut yang mempunyai kriteria sbb:
Kedua kelas harus memiliki buku ajar yang sama khususnya pada mata pelajaran kimia.
Kesiapan belajar siswa pada kedua kelas harus sama.
Kedua kelah harus ditangani oleh guru yang sama.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilaksanakan dalam dua tahap yaitu pri tes sebagai tahap pertama dan post tes sebagai tahap kedua. Pri tes dilakukan secara serentak kepada subyek penelitian. Berdasarkah hasil pri tes diperoleh rata-rata skor kelompok control 27, 54% rata-rata skor kelompok eksperimen 41,07% rata-rata kelompok tersebut memiliki nilai rata-rata yang hampir sama. Hal ini berarti kondisi awal siswa yang menjadi objek penelitian memiliki kemampuan yang sama.
Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan prosedur heuristic diberikan kepada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok control dilakukan pembelajaran tanpa menggunakan prosedur heuristic, tetapi pembelajaran seperti yang biasa dilakukan oleh guru mata pelajaran kimia.
Pembelajaran heuristic dilakukan dengan menjelaskan fase-fase yang harus dilakukan dalam penyelesaian soal. Sebelum diberikan contoh soal siswa dibimbing untung membuat KR-Chart untuk mempermuda belajar siswa. Kemudian siswa diberikan contoh soal dengan prosedur heuristic. Pada saat penyelesaian soal bagi siswa yang belum memahamii konsep yang berhubungan dengan soal, disarankan untuk melihat KR-Chart. Cotoh penyelesaian soal diberikan secara keseluruhan dan sistemmatis.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan langkah yang penting setelah pengumpulan data dalam penelitian ini dirancang mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
Mengevaluasi jawaban pri tes dan post tes yang diberikan, kemudian ditabulasi
menganalisis jawaban siswa berdasarkan kemampuan analisis soal, pengecekan jawaban dan interpretasi hasil untuk mengetahui tingkat kemampuan belajar kimia.
skor hasil jawaban test dianalisis dengan uji homogenitas varians dari pada taraf signifikan 0,05% uji homogenitas varins dilakukan sebagai uji persyaratan untuk pengelolaan data selanjutnya. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
F. =
Ket:
S1 = vafians terbesar
S2 = varians terkecil Sudjana (2002:303)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan criteria jika Fhitung < Ftabel maka data homogen dan jika sebaliknya data homogen.
3.8 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji keefektifan metode pemecahan masalah secara heuristic yang diterapkan maka data dari hasil eksperimen dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis kovarians (ANACOVA), dimana skor tes awal (pri test)dijadikan sebagai kovarians sehingga akan menjamin bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok control hanya disebabkan karena adanya perlakuan saja, yaitu dengandilakukannya pembelajaran dengan metode pemecahan masalah secara heuristic kelompok eksperimen dan metode non pemecahan masalah seca ra heuristic pada kelas control.
Penggunaan analisis kovarian ini didasarkan pada rancangan penelitian yang digunakan. Menurut sungkowo, 1985(dalam kosai 2001) tekhnik ini akan menjamin bahwa perbedaan prestasi belajar pada kedua kelompok semata-mata disebabkan oleh hasil perlakuan yang diterapkan dan bukan oleh perbedaan kemanpuan awal dari kedua kelompok tersebut sehingga akan mengurangi internal validity.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar