Tujuan Perc. :
1. Memahami beberapa aspek kimia tentang unsur aluminium
2. Membuat tawas
Dasar Teori
Tawas atau alum merupakan persenyawaan garam kompleks yaitu yang mempunyai rumusan kimia K 2 SO 4 Al 2 (SO 4 ) 3 24H 2 O dan Na 2 SO 4 Al 2 (SO 4 ) 3 24H 2 O. Bahan galian ini banyak kegunaannya yaitu sebagai bahan untuk membersihkan air, bahan cat, bahan penyamak kulit, bahan persenyawaan kimia, sumber natrium dan kalium pada bahan-bahan antiseptik, pengawet minuman dan obat-obatan.
Persenyawaan kedua zat kimia ini membutuhkan media. Media atau medium berasal dari kata latin “medius” yang berarti ‘tengah’ atau ‘antara’. Secara umum pengertian media simulasi adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Di lain pihak media simulasi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message) , merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Pembentukan stalaktit merupakan suatu model yang biasa digunakan sebagai media simulasi. Pembuatannya memerlukan bahan yang sederhana yaitu air, tepung boraks dan tepung tawas. Agar reaksi antara boraks dan tawas bisa menjadi tiruan stalaktit yang sempurna, maka harus mengkuti langkah-langkah seperti ini:
Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan. Alat dan bahan tersebut berupa air suling, sendok, bejana (volume 1 liter), serbet kertas, tepung boraks, dan tepung tawas; menuangkan (menambahkan) tepung boraks ke dalam bejana lalu mengaduk hingga rata;
Melipat selembar serbet kertas dua kali di tengah-tengahnya;
Memasukkan sudut serbet kertas yang terlipat ke dalam bejana sampai ujungnya tercelup;
Membuka satu helai lipatan ke pinggir-pinggir sehingga membentuk corong;
Menuangkan tawas ke dalam corong. Tawas harus sampai ke dasar corong sehingga menyentuh cairan.
Stalaktit tiruan yang muncul adalah bangun ramping yang panjang dan halus bergantung pada kertas. Hal ini dapat terjadi diakibatkan di dalam corong kertas, tawas dan boraks bersatu membentuk bahan padat yang disebut alumunium boraks. Gravitasi menarik butir-butir kecil zat padat itu melewati lubang-lubang pada serbet kertas. Gaya tarik gravitasi ke bawah terhadap partikel renik memindahkan zat padat melalui cairan ke dasar bejana. Sebagian partikel terlalu besar sehingga tidak dapat ditarik melalui lubang diantara serat-serat kertas.
Media simulasi tersebut menggantung ke dalam cairan. Dalam keadaan sesungguhnya bahan padat yang berupa butir-butir kecil jatuh melalui lubang pada atap gua dan menempel pada kalsit (CaCO 3 ) yang disebut stalaktit. Pada awal pengendapannya, butir-butir tersebut bergerak lambat dan mudah menempel pada bentukan stalaktit yang sudah ada. Hal ini menyebabkan bagian atas struktur stalaktit menjadi lebih kecil daripada dasarnya sehingga daerah yang menempel pada atap gua lebih lebar dengan paku-paku panjang dan ramping menggantung ke bawah.
Percobaan dilakukan dalam 2 macam simulasi. Perlakuan yang sama hanya dibedakan pada jumlah tawas dan boraks yang direaksikan. Pada simulasi pertama, massa tawas tetap (10 gram), massa boraks bervariasi (10 gr dan 70 gr). Pada simulasi kedua massa tawas bervariasi (10 gr dan 30 gr), sedang massa boraks tetap (10 gr). Kesemua zat ini direaksikan dalam perhitungan waktu yang sama, 10 menit.
Berdasarkan data percobaan pengembangan hasil simulasi maka dapat dikatakan bahwa faktor konsentrasi boraks berpengaruh pada kecepatan pembentukan stalaktit tiruan, sedangkan konsentrasi tawas hanya mempengaruhi pada jumlah (banyaknya) stalaktit tiruan yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ion boraks yang tersedia di dalam larutan lebih berperanan besar dalam pembentukan alumunium borat dibanding ketersediaan kation Al 3+ (dari tawas)
Alat Dan Bahan
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 1000 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa. Kegunaan Tempat untuk percobaan, proses difusi osmosis.
Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan
Kaki tiga Satu ring diamater 80 mm dengan tiga kaki panjang 8 cm. Diameter luar : 8 mm. Kegunaan Untuk penyangga pembakar spirtus
Pembakar spirtus Kapasitas 100 ml, bertutup untuk mencegah penguapan, bahan kaca. Kegunaan Untuk membakar zat atau memanasi larutan.
Batang pengaduk Batang gelas, dengan ujung bulat dan ujung yang lain pipih. Panjang 15 cm. Kegunaan Pengocok larutan
Bahan yang digunakan
AL2(SO4)3 18 H2O
K2SO4
1. Memahami beberapa aspek kimia tentang unsur aluminium
2. Membuat tawas
Dasar Teori
Tawas atau alum merupakan persenyawaan garam kompleks yaitu yang mempunyai rumusan kimia K 2 SO 4 Al 2 (SO 4 ) 3 24H 2 O dan Na 2 SO 4 Al 2 (SO 4 ) 3 24H 2 O. Bahan galian ini banyak kegunaannya yaitu sebagai bahan untuk membersihkan air, bahan cat, bahan penyamak kulit, bahan persenyawaan kimia, sumber natrium dan kalium pada bahan-bahan antiseptik, pengawet minuman dan obat-obatan.
Persenyawaan kedua zat kimia ini membutuhkan media. Media atau medium berasal dari kata latin “medius” yang berarti ‘tengah’ atau ‘antara’. Secara umum pengertian media simulasi adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Di lain pihak media simulasi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message) , merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Pembentukan stalaktit merupakan suatu model yang biasa digunakan sebagai media simulasi. Pembuatannya memerlukan bahan yang sederhana yaitu air, tepung boraks dan tepung tawas. Agar reaksi antara boraks dan tawas bisa menjadi tiruan stalaktit yang sempurna, maka harus mengkuti langkah-langkah seperti ini:
Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan. Alat dan bahan tersebut berupa air suling, sendok, bejana (volume 1 liter), serbet kertas, tepung boraks, dan tepung tawas; menuangkan (menambahkan) tepung boraks ke dalam bejana lalu mengaduk hingga rata;
Melipat selembar serbet kertas dua kali di tengah-tengahnya;
Memasukkan sudut serbet kertas yang terlipat ke dalam bejana sampai ujungnya tercelup;
Membuka satu helai lipatan ke pinggir-pinggir sehingga membentuk corong;
Menuangkan tawas ke dalam corong. Tawas harus sampai ke dasar corong sehingga menyentuh cairan.
Stalaktit tiruan yang muncul adalah bangun ramping yang panjang dan halus bergantung pada kertas. Hal ini dapat terjadi diakibatkan di dalam corong kertas, tawas dan boraks bersatu membentuk bahan padat yang disebut alumunium boraks. Gravitasi menarik butir-butir kecil zat padat itu melewati lubang-lubang pada serbet kertas. Gaya tarik gravitasi ke bawah terhadap partikel renik memindahkan zat padat melalui cairan ke dasar bejana. Sebagian partikel terlalu besar sehingga tidak dapat ditarik melalui lubang diantara serat-serat kertas.
Media simulasi tersebut menggantung ke dalam cairan. Dalam keadaan sesungguhnya bahan padat yang berupa butir-butir kecil jatuh melalui lubang pada atap gua dan menempel pada kalsit (CaCO 3 ) yang disebut stalaktit. Pada awal pengendapannya, butir-butir tersebut bergerak lambat dan mudah menempel pada bentukan stalaktit yang sudah ada. Hal ini menyebabkan bagian atas struktur stalaktit menjadi lebih kecil daripada dasarnya sehingga daerah yang menempel pada atap gua lebih lebar dengan paku-paku panjang dan ramping menggantung ke bawah.
Percobaan dilakukan dalam 2 macam simulasi. Perlakuan yang sama hanya dibedakan pada jumlah tawas dan boraks yang direaksikan. Pada simulasi pertama, massa tawas tetap (10 gram), massa boraks bervariasi (10 gr dan 70 gr). Pada simulasi kedua massa tawas bervariasi (10 gr dan 30 gr), sedang massa boraks tetap (10 gr). Kesemua zat ini direaksikan dalam perhitungan waktu yang sama, 10 menit.
Berdasarkan data percobaan pengembangan hasil simulasi maka dapat dikatakan bahwa faktor konsentrasi boraks berpengaruh pada kecepatan pembentukan stalaktit tiruan, sedangkan konsentrasi tawas hanya mempengaruhi pada jumlah (banyaknya) stalaktit tiruan yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ion boraks yang tersedia di dalam larutan lebih berperanan besar dalam pembentukan alumunium borat dibanding ketersediaan kation Al 3+ (dari tawas)
Alat Dan Bahan
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 1000 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa. Kegunaan Tempat untuk percobaan, proses difusi osmosis.
Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan
Kaki tiga Satu ring diamater 80 mm dengan tiga kaki panjang 8 cm. Diameter luar : 8 mm. Kegunaan Untuk penyangga pembakar spirtus
Pembakar spirtus Kapasitas 100 ml, bertutup untuk mencegah penguapan, bahan kaca. Kegunaan Untuk membakar zat atau memanasi larutan.
Batang pengaduk Batang gelas, dengan ujung bulat dan ujung yang lain pipih. Panjang 15 cm. Kegunaan Pengocok larutan
Bahan yang digunakan
AL2(SO4)3 18 H2O
K2SO4
Pengamatan
Perlakuan
Hasil
Ø Lart. 33,4 Al2(SO4)3. 12 H2O + 25 ml H2O 80 0C
Ø larutkan 8,7 gram K2SO4 dalam 50 ml air
Ø Kedua larutan dicampurkan
Ø Didinginkan pada suhu kamar
Tidak melarut sempurna
Tidak ada perubahan warna
Larutanya menjadi keruh
Terbentuknya tawas
Pembahasan
Tawas sudah digunakan dibidang obat-obatan dan pencelupan tekstil selama kurang lebih 4000 tahun. Aluminium adalah logam yang ringan, stabil diudara, mudah dibuat, kuat dan tahan terhadap korosi.
Aluminium adalah logam terpenting. Berdasarkan massa, aluminium menempati urutan ketiga unsur-unsur yang terbesar kelimpahannya dikerak bumi. Biji aluminium yang terpenting adalah bauksit yang mengandung Al2O3. Untuk ekstraksi aluminium, bauksit perlu dimurnikan berdasarkan sifat amfoter dari aluminium dan senyawanya. Mula-mula bauksit ditambahkan larutan NaOH pekat, yang akan melarutkan Al2O3, kemudian zat pengotor yang tidak melarut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Al2O3 + 2 OH - 2 AlO2- + H2O
Pada percobaan ini dilakukan dengan menimbang 33,4 gram Al2(SO4)3. 12 H2O dalam 25 ml air 80 0C. Tujuan adalah untuk mengetahui berat Al2(SO4)3. 12 H2O sebelum dicampurkan. Dimana terjadi persamaan reaksi
Al2(SO4)3. 12 H2O H2O Al2(SO4)3 + 13 H2O
80 C
Kemudian menimbang 8,7 gram K2SO4 dilarutkan dalam 50 ml air. Dimana larutan tersebut menghasilkan persamaan reaksi
K2SO4 + H2O KOH + H2SO4
Kemudian kedua larutan dicampurkan. Dan dipindahkan kedalam cawan penguapan,
selanjutnya didinginkan pada suhu kamar sehingga terbentuk kristal. Dicuci dengan sedikit air dan keringkan kristal dengan kertas saring.
Kesimpulan
Reaksi – reaksi ion Al3+ dalam air, dimana bila garam aluminium dilarutkan dalam air, ion Al3+ mengalami hidrasi
Al3+ + 6 H2O Al(H2O)63+
Atau disingkat Al3+ (aq)
Sesuai dengan harga potensial elektrodanya dapat diramalkan bahwa aluminium lebih reaktif dari seng dan logam ini lebih mudah bereaksi dengan oksigen, melarut dalam asam encer dan membebaskan hidrogen. Sebenarnya aluminium bereaksi dengan oksigen. Namun setiap permukaan aluminium yang baru segera dilapisi oleh aluminium bereaksi dengan oksigen. Namun setiap permukaan aluminium yang baru segera dilapisi oleh aluminium oksida yang sangat tipis.
Cara pembuatan tawas membuat larutan 33,4 Al2(SO4)3. 12 H2O + 25 ml H2O 80 0C dan melarutkan 8,7 gram K2SO4 dalam 50 ml air kemudian larutan tersebut dicampurkan dan didinginkan pada cawan penguapan.
Daftar Pustaka
Team Teaching Prakt. Kimia anorganik. 2008. Modul praktikum kimia anorganik. Gorontalo: UNG.
http:\\boraks dan tawas jadi salatit. htm
Perlakuan
Hasil
Ø Lart. 33,4 Al2(SO4)3. 12 H2O + 25 ml H2O 80 0C
Ø larutkan 8,7 gram K2SO4 dalam 50 ml air
Ø Kedua larutan dicampurkan
Ø Didinginkan pada suhu kamar
Tidak melarut sempurna
Tidak ada perubahan warna
Larutanya menjadi keruh
Terbentuknya tawas
Pembahasan
Tawas sudah digunakan dibidang obat-obatan dan pencelupan tekstil selama kurang lebih 4000 tahun. Aluminium adalah logam yang ringan, stabil diudara, mudah dibuat, kuat dan tahan terhadap korosi.
Aluminium adalah logam terpenting. Berdasarkan massa, aluminium menempati urutan ketiga unsur-unsur yang terbesar kelimpahannya dikerak bumi. Biji aluminium yang terpenting adalah bauksit yang mengandung Al2O3. Untuk ekstraksi aluminium, bauksit perlu dimurnikan berdasarkan sifat amfoter dari aluminium dan senyawanya. Mula-mula bauksit ditambahkan larutan NaOH pekat, yang akan melarutkan Al2O3, kemudian zat pengotor yang tidak melarut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Al2O3 + 2 OH - 2 AlO2- + H2O
Pada percobaan ini dilakukan dengan menimbang 33,4 gram Al2(SO4)3. 12 H2O dalam 25 ml air 80 0C. Tujuan adalah untuk mengetahui berat Al2(SO4)3. 12 H2O sebelum dicampurkan. Dimana terjadi persamaan reaksi
Al2(SO4)3. 12 H2O H2O Al2(SO4)3 + 13 H2O
80 C
Kemudian menimbang 8,7 gram K2SO4 dilarutkan dalam 50 ml air. Dimana larutan tersebut menghasilkan persamaan reaksi
K2SO4 + H2O KOH + H2SO4
Kemudian kedua larutan dicampurkan. Dan dipindahkan kedalam cawan penguapan,
selanjutnya didinginkan pada suhu kamar sehingga terbentuk kristal. Dicuci dengan sedikit air dan keringkan kristal dengan kertas saring.
Kesimpulan
Reaksi – reaksi ion Al3+ dalam air, dimana bila garam aluminium dilarutkan dalam air, ion Al3+ mengalami hidrasi
Al3+ + 6 H2O Al(H2O)63+
Atau disingkat Al3+ (aq)
Sesuai dengan harga potensial elektrodanya dapat diramalkan bahwa aluminium lebih reaktif dari seng dan logam ini lebih mudah bereaksi dengan oksigen, melarut dalam asam encer dan membebaskan hidrogen. Sebenarnya aluminium bereaksi dengan oksigen. Namun setiap permukaan aluminium yang baru segera dilapisi oleh aluminium bereaksi dengan oksigen. Namun setiap permukaan aluminium yang baru segera dilapisi oleh aluminium oksida yang sangat tipis.
Cara pembuatan tawas membuat larutan 33,4 Al2(SO4)3. 12 H2O + 25 ml H2O 80 0C dan melarutkan 8,7 gram K2SO4 dalam 50 ml air kemudian larutan tersebut dicampurkan dan didinginkan pada cawan penguapan.
Daftar Pustaka
Team Teaching Prakt. Kimia anorganik. 2008. Modul praktikum kimia anorganik. Gorontalo: UNG.
http:\\boraks dan tawas jadi salatit. htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar