Welcome To Eko Cahyono Blog.

Rabu, 07 April 2010

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Asam Basa Dengan Metode Problem Possing di Kelas XII SMA N 3 Gorontalo

BAB I

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Sekolah Menengah Atas merupakan suatu lembaga pendidikan yang memiliki tugas pokok menyiapkan siswa mempunyai pendidikan dan prestasi belajar untuk memperoleh pengetahuan dasar seperti sains yang dibutuhkan baik untuk ketrampilan hidup maupun modal belajar untuk masuk keperguruan tinggi. Bidang kimia merupakan salah satu bidang yang menjadi tumpuan bagi kemajuan sains pada umumnya.

Fenomena yang muncul dilapangan khususnya SMA N 3 Gorontalo ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari perhitungan-perhitungan kimia terutama pada perhitungan asam basa. Oleh karena itu SMA N 3 Gorontalo merupakan sekolah yang harus lebih meningkatkan pemahaman ilmu kimia tentang materi asam basa pada kelas XII. Disamping itu seorang guru harus memberikan pemahaman yang jelas terhadap mata pelajaran tersebut, karena siswa memandang bahwa kimia merupakan mata pelajaran kimia yang sulit dipelajari.

Metode penyelesaian masalah secara problem possing lebih menitik beratkan pada keaktifan siswa. Metode problem possing ini mengharuskan kepada siswa untuk membuat soal-soal sendiri yang ada kaitannya dengan materi asam basa dan dijawab sendiri dengan berbagai variasi soal.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Asam Basa Dengan Metode Problem Possing di Kelas XII SMA N 3 Gorontalo”.

2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang guru kimia (Imran Baakri, S.Pd) pada tanggal 29 Oktober 2008 maka permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran kimia di kelas XII SMA N 3 Gorontalo yaitu :

  1. Pemahaman siswa pada materi asam basa masih sangat rendah

  2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang menyangkut materi asam basa masih rendah.


1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Apakah Penggunaan Metode Problem Possing Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA N 3 Gorontalo”.


    1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui penggunaan metode problem possing dalam meningkatkan efektifitas belajar siswa kelas XII SMA N 3 Gorontalo.

  2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII SMA N 3 Gorontalo pada materi asam basa menggunakan metode problem possing


    1. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagi siswa

  • Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII SMA N 3 gorontalo terhadap materi asam basa.

  • Membantu memudahkan pemahaman siswa kelas XII terhadap pelajaran kimia khususnya materi asam basa.

  1. Bagi guru

Untuk memberikan informasi kepada guru kimia di SMA Negeri 3 Gorontalo tentang tingkat pemahaman siswa pada materi asam-basa melalui penggunaan metode problem possing.

  1. Bagi sekolah dan lembaga

Sebagai masukan bagi SMA Negeri 3 Gorontalo dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode problem possing.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pembelajaran dengan Problem Posing

Problem Posing berasal dari dua kata yaitu “Problem” dan “Posing”. “Problem” berarti masalah atau soal, dan “Posing” berarti mengajukan atau membentuk (Iskandar, 2004). Sutiarso (1999) dalam Iskandar (2004) mengartikan Problem Posing dengan membuat soal. Dengan demikian, Problem Posing dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menyusun atau membuat soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
Strategi Problem Posing dapat diangkat menjadi strategi pembelajaran yang tepat untuk mengkaji pokok bahasan yang melibatkan
materi asam basa.

Unsur Problem Posing yang pertama adalah struktur pembelajaran, yang merupakan pembelajaran yang berpusat kepada pengajar (teacher centered instruction) dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered instruction). Unsur Problem Posing yang kedua adalah respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu mampu membuat soal dari kondisi yang diberikan oleh guru pengajar (Iskandar, 2004). Lebih jauh menurut Iskandar (2004), respon siswa dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan non matematis, pernyataan dan pertanyaan kimia mengenai materi asam basa. Pertanyaan kimia mengenai materi asam basa ada yang dapat diselesaikan dan ada yang tidak dapat diselesaikan.
Langkah kegiatan pembelajaran Problem Posing menurut Iskandar (2004) adalah sebagai
berikut:

  • membuka kegiatan pembelajaran

  • menyampaikan tujuan pembelajaran

  • menyampaikan materi pelajaran

  • memberi contoh menyelesaikan soal

  • memberi kesempatan untuk bertanya

  • memberi kesempatan siswa untuk membuat soal dari kondisi yang diberikan, mempertukarkan dan mendiskusikannya

  • mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan soal yang telah dibentuk

  • memberikan kondisi lain dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya

  • mempersilahkan siswa bertukar soal dengan siswa lain dan mendiskusikannya

  • mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan

  • membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan siswa

  • menutup pelajaran

Pada penelitian yang akan dilakukan akan digunakan kegiatan pembelajaran dengan strategi Problem Posing. Pembelajaran dengan metode problem possing adalah pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk soal yang bervariasi. Di dalam pembelajaran ini siswa diminta untuk membuat sejumlah soal dari kondisi yang diberikan oleh guru dengan cara sendiri-sendiri.


Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  • Guru menuliskan materi atau topik pembelajaran yang akan dilakukan

  • Guru menuliskan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan

  • Guru menyampaikan materi pelajaran dan memberi contoh soal serta cara penyelesaiannya.

  • Guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswa yang belum paham

  • Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi kondisi-kondisi tertentu yang dapat dibuat soal, dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara individudan soal ditulis pada lembar jawaban

  • Guru meminta kepada siswa tersebut untuk membuat soal secara individu, dari kondisi-kondisi yang diberikan pada LKS tersebut dan Soal ditulis pada buku.

  • Guru meminta kepada siswa agar soal yang telah dibuat ditulis pada lembar share dan transparansi untuk presentasi.

  • Melakukan diskusi kelas

  • Guru memberikan penguatan materi pada diskusi kelas

  • Guru meminta siswa untuk membuat soal sebanyak-banyaknya berdasarkan kondisi yang diberikan secara individu dan ditukarkan dengan teman sebangku untuk saling koreksi, kemudian dikumpulkan

  • Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan

  • Guru menutup pembelajaran


2.2 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif, yang artinya sebagai diri dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 1989). Sedangkan menurut Gerungan (1996), motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan kata dasar motif tersebut, beberapa ahli menyebutkan, bahwa motivasi berarti kegiatan yang mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan terhadap macam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki (Purwanto, 2000). Sedangkan menurut Suryabrata (1990), motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuannya. Jika dilihat dari kegiatan pembelajaran, maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan demi kegiatan dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Menurut Suciati, dkk (2001) dalam Siswindari (2003), ada empat hal yang menunjukkan bahwa siswa termotivasi dalam belajar, yaitu:
1. Perhatian (Attention)

Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut perlu mendapatkan rangsangan. Strategi yang dapat merangsang perhatian siswa misalnya: a) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi; b) menggunakan media pembelajaran (untuk melengkapi materi); c) menggunakan humor jika diperlukan; d) menggunakan fakta atau peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh; e) menggunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa di dalam pembelajaran. Menurut Susanto (1999), jika siswa termotivasi, mereka akan memusatkan perhatian pada kegiatan pembelajaran yang lebih besar.

2. Relevansi (relevance)

Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Strategi untuk mendukung hal ini misalnya: a) menjelaskan tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran; b) menjelaskan manfaat pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dan kegunaannya di kemudian hari; c) memberi latihan atau contoh-contoh.

3. Percaya diri (confidence)

Siswa merasa dirinya berkompeten atau mampu yang merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan: a) menyusun materi agar mudah dipahami; b) menyusun penyampaian materi dalam kegiatan yang lebih kecil; c) menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes yang akan dilakukan; d) memberikan umpan balik.

4. Kepuasan (satisfication)

Keberhasilan di dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepuasan siswa diantaranya: a) memberikan pujian verbal dan umpan balik, b) memberi kesempatan siswa untuk menggunakan keterampilan atau pengetahuan yang diperolehnya dengan latihan soal atau tugas-tugas tertentu.


2.3 Prestasi Belajar

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar mempunyai arti sebagai penguasaan pengetahuan, keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2002), prestasi belajar merupakan suatu puncak proses belajar, yang dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan, keaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkit pesan dan pengalaman. Prestasi dapat mencerminkan siswa dari sudut pandang sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam bidang studi tertentu, yang dapat dinyatakan dengan angka 0 sampai 10 (Arikunto, 2006).

Bloom (dalam Winkel, 1987), membagi prestasi belajar dalam tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Lebih lanjut menurut Blom (dalam Dimyati & Mudjiono, 2002), ranah kognitif ditunjukkan oleh perilaku sebagai berikut: a) pengetahuan yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip dan metode yang diketahui; b) pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti bahan yang dipelajari, kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bahan bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk yang lain; c) penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru; d) analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik; e) sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru; f) evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Menurut Thonthowi (1991) dalam Rahmawati (2005), ada faktor-faktor yang dapat menentukan dan mempengaruhi keberhasilan di dalam belajar. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah yang terdapat di dalam anak didik sendiri. Faktor internal meliputi: motivasi belajar, proses berfikir, intelegensi, sikap, perasaan dan emosi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar anak didik tersebut. Faktor eksternal meliputi: bahan pelajaran, metode mengajar, media pendidikan dan situasi lingkungan. Kedua faktor tersebut memiliki peranan penting di dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa, dimana faktor internal merupakan faktor utama, dan faktor eksternal merupakan faktor pendukung dalam perbaikan proses dan hasil belajar.

2.4 Pengertian Asam Dan Basa

Larutan asam dan basa dapat dibedakan melalui pengujian dengan indikator. Indikator yang sering digunakan adalah lakmus merah "dan lakmus biru. Asam basa juga dikenal di bidang pertanian dan lingkungan hidup yaitu berkaitan dengan pH atau derajat keasaman tanah atau air. pH merupakan ukuran kekuatan asam. Pengujian pH dapat ditentukan dengan indicator universal.

Kata "asam" berasal dari bahasa Latin "acidum" atau "acid" bahasa Inggris. Kata asam ini dikaitkan dengan rasa asam dari senyawa-senyawanya Lawan dari asam yaitu "alkali", kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti abu tanam-tanaman. Senyawa alkali lebih dikenal dengan nama basa.

Menurut Rouelle (1774), basa dapat bereaksi dengan asam membentuk garam. Banyak contoh garam yang digunakan dalam kehidupan yang paling utama adalah garam dapur atau natrium klorida.


2.4.1 Larutan Asam

Asam merupakan zat yang larutannya berasa asam, dapat memerahkan wama lakmus biru. Senyawa asam sangat banyak tetapi dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan sifatnya.

Sifat Asam

asam merupakan larutan elektrolit yang dalam air terurai menghasilkan ion positif dan ion negative.

Menurut Arrhenius, jika asam dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi ionisasi

Sebagai berikut:

HxZ(aq) xH+(aq) + Zx- (aq) atau

HxZ(aq) +H2O(l) xH3O+(aq) + Zx-(aq)

2.4.2 Larutan Basa

Orang sakit maag atau kelebihan asam lambung biasanya diobati dengan obat maag atau anctacid. Antacid mengandung senyawa basa sehingga dapat mengurangi kelebihan asam lambung.

Sifat Basa

Basa mempunyai sifat kebalikan dari asam, larutannya dapat membirukan lakmus merah. Karena itu, jika kita mereaksikan asam dengan basa pada jumlah yang sama akan menghasilkan larutan netral.

Menurut Arrhenius jika basa ini dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi ionisasi dan terjadi ion OH-, karena itu ion OH- merupakan pembawa sifat basa. Reaksi ionisasi basa secara umum dapat ditulis

L(OH)x(aq) L+(AQ) + XOH-

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
maningkatkan prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran kimia pada pokok bahasan asam basa dengan menggunakan strategi Problem Posing. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif

Perencanaan penelitian dilakukan dengan cara:
1). Menyusun skenario pembelajaran dengan strategi
problem possing
2). Mempersiapkan bahan ajar
3). Menyiapkan alat evaluasi dan observasi


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2008, yang bertempat di SMA Negeri
III Gorontalo.


    1. Populasi dan Sampel Penelitian
      Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII semester I SMA Negeri III Gorontalo pada tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 siswa


3.4 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1). Variabel bebas: strategi pembelajaran
2). Variabel terikat: prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa
3). Variabel atribut: siswa kelas X
II SMA Negeri III Gorontalo tahun pelajaran 2008/2009.


3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian (Ibnu, Suhadi, Amat Mukhadis & I Wayan Dasna, 2003). Instrumen yang digunakan di dalam penelitian terdiri dari 3 bagian, yaitu instrumen perlakuan, instrumen prestasi belajar/tes dan angket.
a. Instrumen perlakuan
Instrumen ini berupa program satuan pengajaran dengan strategi Problem Po
ssing. Instrumen ini terdiri dari silabus, rencana persiapan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar untuk materi asam basa

b. Instrumen prestasi belajar/tes

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yang terdiri dari tes prestasi dan tes problem possing. Tes prestasi bertujuan untuk mengukur prestasi hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan, dalam bentuk tes obyektif. Sedangkan tes Problem Posing untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membuat soal kondisi yang diberikan melalui data-data soal, yang berbentuk tes subyektif.

c. Angket
angket digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan Problem Posing
terhadap motivasi belajar siswa.

Instrumen yang telah disusun di atas, dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengujian bertujuan untuk memenuhi persyaratan instrumen yang baik. Instrumen angket divalidasi oleh dosen pembimbing dan guru, begitu juga untuk tes Problem Posing. Sedangkan untuk tes prestasi dilakukan uji coba kepada siswa Kelas X1. Uji coba tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen yang telah dibuat, dari segi taraf kesukaran soal, daya beda, validitas dan reliabilitas.

1)taraf kesukaran
Uji taraf kesukaran untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal yang akan digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.



2)Daya Beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui apakah soal yang dibuat telah mampu mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atas dan bawah berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

3)Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur kemampuan instrumen untuk mengukur obyek yang akan diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006).

4)Reliabilitas
Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang benar, sesuai dengan kenyataan. Instrumen meskipun digunakan berkali-kali akan memberikan hasil yang tetap sama (Arikunto, 2006).


3.6 Teknik Pengumpulan Data
Cara mengumpulkan data dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Data prestasi belajar dan kemampuan Problem Posing didapat dari tes yang dilakukan di akhir pembelajaran.
Data motivasi didapatkan dari angket yang disebarkan ke siswa di akhir pembelajaran
Untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi, digunakan lembar catatan lapangan.

3.7 Teknis Analisa Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Di dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang akan dianalisis, yaitu: a) prestasi belajar siswa; b) kemampuan Problem Posing; c) motivasi belajar siswa. Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data.

Uji Homogenitas
Uji homogenitas terhadap dua kelompok sampel dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok yang digunakan sebagai sampel berasal dari populasi yang sama.

2. Uji Hipotesis
Jika uji prasyarat telah terpenuhi, maka dilakukan uji terhadap hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan uji t
satu pihak kanan dengan pasangan hipotesis nihil (H0) terhadap hipotesis alternatif (H1).
3. Analisis Angket
Analisis data yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif, aitu dengan memaparkan data yang diperoleh.



Tidak ada komentar: